Chapter 58
Chapter 58
Bab 58
“Presdir Daniel, selamat pagi!”
Hari ini Tracy sendiri yang membukakan pintu Daniel, ini adalah sikap berdengus Tracy yang sebelumnya.
Daniel turun dari mobil, melihatnya, dan langsung berjalan ke arah lift.
Ryan dan para pengawal mengikutinya.
“Presdir Daniel…”
Saat Tracy ingin mengejarnya, dia mendapati Presdir Daniel menggunakan headset bluetooth, sedang menelepon–
“Periksa Black tiger dengan cermat, barangkali yang dia lempar ke laut bukanlah Chip dan hanya kotaknya. Mungkin Chip itu disembunyikan di tempat lain.”
Mendengar perkataan itu, Tracy gemetaran. Astaga, ternyata tertebak oleh si Iblis!
Benar–benar bukan orang biasa!
Ia harus segera mengembalikan Chip padanya. Jika tidak, tidak terbayang akibatnya…
Ketika Tracy sedang berpikir ke sana kemari, Daniel sudah masuk lift.
Tracy memegangi Chip di kantongnya. Seluruh otaknya sedang berpikir, bagaimana mencari alasan untuk ke lantai 68 dan mengembalikan Chip kepada Presdir Daniel tanpa sepengetahuan siapa pun…
Hari ini, Presdir tidak menyuruhnya mengantarkan sarapan, juga tidak menyuruhnya membersihkan kolam renang di atas, dia sama sekali tidak ada kesempatan untuk naik.
Bisa juga menggunakan pengiriman pos, atau diantar ke atas bersamaan dengan dokumen departemen lain?
Namun, Chip ini begitu penting, bagaimana dia bisa begitu sembarang?
Jika hilang, akan repot.
“Tracy, Tracy!” suara David memecahkan pikiran Tracy, “Sudah ganti shift, kita pergi makan, This content © 2024 NôvelDrama.Org.
yuk.”
“Oh.” Tracy dengan tidak fokus mengikuti David ke kantin, tiba–tiba teringat waktu sebelumnya Presdir Daniel makan di lantai 27, mungkin hari ini juga ke sana?
Saat itu juga, dia segera menarik David ke kantin lantai 27.
Kedua orang berseragam petugas keamanan tiba-tiba muncul di tengah kumpulan staf yang berpakaian bagus, terlihat tidak pada tempatnya.
David merasa tidak nyaman.
Tracy melihat ke seluruh ruangan, mencari bayangan Presdir Daniel.
Rekan mantan departemen administrasi melihat Tracy, semua orang menghindarinya, tidak ada seorang pun yang menyapanya.
Tracy sungguh putus asa, dia tidak mengerti kenapa mereka seperti itu terhadapnya.
“Tracy!” Tiba–tiba terdengar suara. Tracy mengangkat kepalanya dan melihat, rekan di departemen administrasi, Yuni, membawa piring ke arahnya, “Apakah aku boleh duduk?”
“Tentu saja boleh, silakan duduk.” Tracy buru–buru berpindah ke dalam.
Yuni duduk di samping Tracy, menyodorkan sekotak yoghurt padanya: “Aku ambilkan satu untukmu.”
“Terima kasih.” Tracy sungguh sangat terharu.
“Jangan sungkan. Dulu saat di departemen administrasi, kamu sangat baik padaku.” Yuni berkata dengan tersenyum, “Tracy, bagaimana kabarmu? Apakah terbiasa bekerja di departemen keamanan?”
“Lumayan, rekan-rekan sangat menjagaku.” Tracy memperkenalkan David padanya, “Ini David. Setiap hari kami piket bersama.”
“Halo, David, aku Yuni.”
“Halo, Yuni.”
Yuni dan David saling menyapa.
Saat itu juga, Yuni mengecilkan suaranya dan berkata pada Tracy, “Tracy, kamu tahu tidak? Manajer Axel dipindahkan ke tempat parkir untuk menjadi penjaga pintu.”
“Aku tahu.” Tracy menganggukkan kepala. Beberapa hari ini dia piket di tempat parkir, tetapi tidak bertemu Axel. Dia berharap seumur hidup ini tidak bertemu dengan orang itu lagi.
“Apakah kamu tahu kenapa?” Yuni bertanya dengan penasaran.
“Kurang tahu.” Tracy tidak ingin membahas hal itu, dia merasa itu memalukan.
“Oh.” Yuni tidak bertanya lagi, “Aku hanya penasaran, jadi banyak bertanya. Kamu jangan marah,
ya.”
“Tidak apa–apa.”
Tracy berbalik melihat depan pintu. Sudah pukul 12, si Iblis masih belum datang. Seharusnya hari ini tidak akan datang.
“Tracy, aku harus pergi dulu. Sore ini ada rapat direksi yang sangat penting, aku harus mengantar dokumen ke lantai 68.” Yuni berdiri membawa piringnya.
“Apa aku boleh pergi denganmu?” Tracy buru-buru bicara, setelah bicara dia menambahkan lagi, “Aku takut dokumen itu terlalu berat untuk dibawa sendirian, aku ingin membantumu membawanya.”
“Baik, ayo.”