Bad 1264
Bad 1264
Bab 1264 Kemesraan di Tempat Umum
Setelah duduk, sekarang waktunya mereka memesan makanan. Saat Qiara tengah melihat menu makanan, Nando mendekat ke arahnya dan ikut membaca menunya. Qiara hanya bisa berseru, “Harganya mahal sekali!”
“Ayo kita pesan makanan yang enak,” ucap Nando dengan cepat.
“Tidak apa–apa.”
“Saya ingin makan.” Lalu, Nando menoleh ke arah pelayan dan berkata, “Tambahkan menu ini juga.”
Qiara menyunggingkan senyumnya sambil menahan rasa bahagianya. Rasanya bisa dimanja memang sangat menyenangkan.
Bianca juga ikut memesan makanan, namun dia tidak bisa fokus. Dia merasa cemburu saat melihat kasih sayang yang ditunjukkan Nando kepada Qiara. Dulu, begitulah cara Lathan biasa memperlakukan Bianca. Namun, setelahnya, Lathan kembali menyukai Qiara, sehingga Bianca kembali melajang. Exclusive © content by N(ô)ve/l/Drama.Org.
Dia tidak mengerti kenapa Nando memperlakukan mereka dengan berbeda, bahkan meski wajah mereka sangat mirip.
“Boleh saya tahu di mana kamar mandinya?” tanya Maggy pada pelayan itu.
Qiara juga ingin pergi kesana, sehingga dia berkata, “Bu, saya juga ikut.”
Tatapan licik muncul di mata Bianca saat melihat kepergian Qiara dan Maggy. Dia lalu segera bangkit dan menghampiri Nando seraya mencoba mendekatinya. “Nando, apa kamu pernah merasakan makanan ini sebelumnya? Apa rasanya lezat? Apa kita boleh memesannya?”
Dia menunjuk sebuah makanan dan bertanya pada Nando sambil pura–pura menampilkan raut wajah polos. Namun, Nando sudah merasa tersiksa sejak mencium aroma parfum Bianca, sehingga dia mencoba menjaga jarak di antara mereka sejauh mungkin.
“Kamu bebas memesan apa pun yang kamu mau.” Nando tidak ingin membahas makanan itu bersamanya.
“Sungguh? Kamu baik sekali.” Bianca menampilkan senyumnya, dan riasan beratnya terlihat di bawah cahaya lampu. Lipstik yang dipakainya membuat Nando malas menatapnya lagi, dan wajahnya dipenuhi dengan warna–warna yang terang, membuatnya terlihat palsu.
Bianca sengaja berdiri di sebelah Nando, berpura–pura melihat menu makanan. Dia ingin menunggu Qiara kembali dan melihatnya berdiri di sana.
Sesuai dugaan, saat Qiara memasuki ruangan itu dan melihat Bianca berdiri di sebelah Nando, dia merasa sangat jengkel.
“Qiara, Nando sangat baik. Dia membiarkan saya memesan apa pun yang saya mau,” ucap Bianca sambil tersenyum ke arah Qiara, seolah tengah memuji selera Qiara yang bagus. Kenyataannya, dia berusaha menunjukkan seberapa baiknya Nando memperlakukannya. Namun, saat Qiara duduk, pria itu malah mendekat ke arahnya dan menatap lurus ke arahnya dengan tatapan terpesona sampai rasa jengkelnya hilang. Qiara justru merasa malu karena terus ditatap olehnya. Jadi, dia memutuskan kontak mata mereka untuk memberinya isyarat untuk berhenti
menatapnya.
Namun, Nando diam–diam memegang tangannya dan membawanya ke bawah meja untuk menggenggamnya dengan erat.
Bianca berdiri di dekat mereka, jadi dia bisa langsung menyaksikan kemesraan itu. Karena itu, dia hanya bisa merasa sakit hati dan kembali ke tempat duduknya. Dia lalu melihat Qiara mengangkat gelasnya dan menatapnya penuh peringatan.
Sebagai balasannya, Bianca sengaja menunduk dan berpura–pura tidak menyadarinya. Makanan kemudian datang. Mereka membuka dua botol anggur seharga belasan jutaan rupiah, dan Biantara meminumnya dengan gembira. Dia merasa senang dengan calon menantunya itu.
Wajah Qiara memerah, dan dia merasa orang tuanya sudah tidak sabar untuk melihatnya. menikah.
Tatapan Bianca dipenuhi dengan rasa cemburu dan benci. Bianca menyesal karena sudah merebut Lathan dari Qiara. Jika dia tidak merebutnya dari Qiara, Qiara pasti sudah menikah dengannya sekarang, jadi dia tidak akan cukup beruntung bisa bertemu Nando.
Namun, tidak ada kesempatan kedua, jadi Bianca hanya bisa mencari kesempatan untuk ke depannya.
“Bu, saya ingin berbelanja setelah makan.” Bianca merasa kurang menarik karena pakaiannya tidak berkualitas tinggi. Karena itu, dia ingin memberi beberapa stel pakaian terbaru untuk menyempurnakan penampilannya.
Tidak seperti Qiara, yang tumbuh dalam kekayaan dan memiliki kepercayaan diri secara alami dari hatinya, Bianca tidak memiliki hal tersebut. Bianca adalah gadis yang tumbuh dalam keluarga yang serba kekurangan; melihat uang yang dimiliki orang–orang dari kalangan atas, dia seperti budak rakus yang tidak sabar untuk mengambil semuanya dengan kedua tangannya.