Bab 36
Bab 36 Luna yang Sedih
“Wanita?”
Luna mengerutkan keningnya.
“Ya, seorang wanita kaya yang mengendarai mobil Mercedes Benz Maybach dengan sopir pribadi. Melihat gayanya, dia pasti wanita bisnis yang hebat. Bahkan Pak Juna dari Grup Bumantara juga bersikap hormat kepadanya.”
Sambil memperhatikan ekspresi Luna, Jenny pun bertanya, “Kamu kenal nggak? Wanita itu yang
membayar semua perabot yang dibeli Ardika ….‘
”
“Kamu tahu nggak kenapa aku nggak lolos wawancara hari itu? Karena aku melihat suamimu dan
wanita itu sedang….”
Sambil berbicara, Jenny juga menyingsingkan bajunya.
“Coba lihat bekas luka di tanganku ini. Awalnya, Pak Juna sudah menerimaku, tapi karena satu
kata dari suamimu, aku langsung dilempar keluar oleh satpam.”
Luna tidak menyangka ada kejadian seperti itu.
“Jenny, semua itu benar?”
Jenny mengangguk, lalu melanjutkan, “Memangnya untuk apa aku berbohong padamu? Aku
dipecat, lalu diusir di depan umum. Untuk apa aku berbohong dengan hal yang begitu
memalukan?”
Luna mulai curiga.
Betul juga. Ardika tidak kenal dengan Jenny, kenapa harus menghancurkan pekerjaan Jenny?
Kecuali, Ardika takut Jenny membocorkan rahasianya.
Apalagi mereka baru pindah ke Vila Cakrawala, kalau Jenny bekerja di Grup Bumantara, mereka
pasti akan sering bertemu.
Melihat Luna mulai curiga, Jenny pun merasa senang.
Dia mengeluarkan ponsel, lalu menunjukkan sebuah foto sambil berkata, “Luna, kamu harus percaya padaku, aku nggak mungkin berbohong. Aku bahkan memotret Ardika masuk ke mobil
wanita itu.”
Setelah melihat foto itu, ekspresi Luna langsung berubah.
Semalam, Luna juga melihat wanita tersebut.
Ketika dia pulang jalan–jalan bersama orang tuanya, Luna melihat wanita itu keluar dari vila.
1/3
EBONUS
Dia sempat bertanya kepada Ardika, Ardika hanya bilang kalau itu temannya.
Setelah melihat ekspresi Luna, Jenny segera menambahkan, “Luna, aku tahu Ardika direndahkan oleh keluarga kalian. Ardika pasti ingin melakukan sesuatu agar mendapatkan pengakuan, aku juga mengerti
Tapi, apa pun itu, tindakan Ardika nggak boleh dibenarkan. Coba kamu pikir, para wanita yang dipelihara oleh orang–orang kaya selalu direndahkan, apalagi seorang pria, ‘kan?”
“Cukup!”
Luna memukul meja dengan keras dan membuat Jenny terkejut.
Dengan ekspresi masam, Luna langsung menelepon Ardika,
“Halo, sayang, kamu sudah makan? Mau aku jemput dan makan di rumah nggak?”
Suara Ardika terdengar dari ujung telepon.
Luna menjawab dengan nada dingin, “Ardika, jujur padaku, siapa wanita kemarin malam itu?”
Ardika tidak menyangka Luna tiba–tiba meneleponnya untuk menanyakan hal itu.
Ardika menjawab, “Aku sudah bilang, ‘kan? Teman saja.”
Luna berkata dengan nada dingin, “Ardika, kamu tahu akibat dari berbohong padaku. Jadi, aku harap kamu bisa jujur.”
“Aku tentu saja sudah jujur.” Mendengar nada bicara Luna yang tidak biasa, Luna pun bertanya, ” Sayang, hari ini kamu kenapa? Kenapa tiba–tiba menanyakan hal tersebut?”
“Jangan memanggilku sayang!” teriak Luna dengan kesal. “Ardika, aku sudah memberimu kesempatan, tapi kamu tetap menipuku. Aku akan pindah dari Vila Cakrawala, tinggal di sana membuatku jijik.”
Plak!
Selesai bicara, Luna langsung menutup panggilan teleponnya.
Air mata yang sudah tertahan lama akhirnya mengalir keluar.
Dia teringat semua kejadian bersama Ardika selama beberapa hari ini.
Ardika mengadakan pesta ulang tahun di hotel untuknya, lalu memakaikan Hati Peri untuknya.
Ketika anggota Keluarga Basagita merundungnya, Ardika juga memarahi Tuan Besar.
Demi Luna, Ardika bahkan melawan semua orang.
Ardika sangat baik kepada Luna.
2/3
Luna juga merasa bahagia
+15 BONUS
Namun, dia tidak bisa menerima Ardika harus menemani wanita kaya demi membeli perabot
mahal
Luna tidak bisa menerimanya.
“Luna, minumlah sedikit Kalau kamu mabuk, kamu bisa melupakan hal yang nggak
menyenangkan ”
Entah sejak kapan, Jenny sudah duduk di sampingnya
Sambil menepuk punggungnya Luna, Jenny terus menghiburnya. Dia juga menuangkan anggur
merah untuk Luna.
“Betul Kalau mabuk, semua masalah akan menghilang.” Belonging © NôvelDram/a.Org.
Luna langsung mengangkat gelas dan menghabiskannya.
Di sela itu, Ardika terus meneleponnya, tapi tidak diangkat oleh Luna
Luna sangat jarang minum minuman beralkohol. Setelah beberapa gelas, dia langsung mabuk dan
berbaring di atas meja.
Ketika dia sedang mabuk, seorang pria berjalan masuk.