Bab 108
Bab 108 Brigadir Jenderal
Para prajurit pasukan khusus ini sama sekali tidak mengenal artis terkenal.
Satu–satunya hal yang mereka ketahui adalah menjalankan misi memblokade Hotel Puritama dan memastikan keselamatan bos mereka.
“Lapor, Ketua. Kami sudah menguasai bagian dalam Hotel Puritama dan
memastikan keselamatan Bos!”
Pria itu segera melaporkan situasi terkini kepada Wolf melalui alat yang terpasang
di telinganya.
Dia sudah melihat Ardika dan mengetahui sosok itu adalah bos mereka.
“Oke, aku akan segera ke sana.”
Suara antusias terdengar dari ujung sana.
“Bos? Siapa bos mereka? Apa bos mereka menginap di sini?”
Hesti, Adrian dan yang lainnya tercengang.
Sesaat kemudian, seorang pria yang mengenakan setelan tentara bergegas masuk
ke dalam restoran.
Begitu melihat kedatangan pria itu, ekspresi Hesti dan yang lainnya langsung
berubah menjadi pucat.
Brigadir jenderal!
Pria itu adalah seorang brigadir jenderal!
Tokoh hebat seperti itu tidak mampu mereka provokasi!
Sesaat kemudian, ekspresi mereka menjadi makin pucat. NôvelDrama.Org owns all © content.
Kalau begitu bos yang berada di dalam hotel ini adalah tokoh sehebat apa?!
Hal yang terpenting adalah hingga saat ini mereka masih belum mengetahui sosok bos pasukan militer itu.
Mereka ingin segera meminta maaf pada tokoh hebat itu juga tidak bisa, karena tidak tahu di mana keberadaannya.
Tepat pada saat ini, tiba–tiba brigadir jenderal itu menghampiri Ardika.
Dengan penuh antusias, dia mengangkat lengan kanannya dan memberi hormat sesuai standar kemiliteran.
“Lapor, Pembina. Saya adalah Soni, ketua Pasukan Khusus Serigala!”
Seketika itu pula, seluruh prajurit Pasukan Khusus Serigala langsung memberi hormat kepada Ardika dengan sorot mata kagum dan hormat.
Mereka tidak tahu identitas Ardika yang sesungguhnya.
Namun, mendengar Soni memanggil pria di hadapan mereka itu dengan “pembina“, tentu saja mereka tahu sosok tersebut adalah sosok yang wajib mereka hormati.
Bagaimanapun juga, Soni sendiri sudah diakui sebagai raja pasukan khusus di seluruh Kota Banyuli.
Sementara itu, sosok pria di hadapan mereka itu adalah orang yang pernah membimbing sang raja pasukan khusus. Mereka tidak bisa membayangkan seberapa kuat pria itu!
Seperti disambar petir di siang bolong, Hesti dan yang lainnya menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya.
Para petugas keamanan yang sudah dilumpuhkan juga menunjukkan sorot mata
terkejut.
Astaga….
Pemuda yang tadi mereka semua anggap remeh, tidak hanya merupakan pemilik Hotel Puritama, melainkan juga merupakan sosok yang luar biasa hebat!
Saat ini, Adrian dan Derick sudah gemetaran ketakutan.
Artis papan atas yang memiliki puluhan juta penggemar dan dimanjakan oleh para penggemar seperti mereka bisa apa?
Berhadapan dengan tokoh hebat yang berkuasa seperti Ardika, mereka sama sekali
2/4
bukan apa–apa.
Hanya dengan satu kalimat, karier mereka bisa hancur.
Situasi di industri hiburan selalu berubah setiap saat.
Mereka bukan tidak tergantikan.
Kalau mereka sampai memprovokasi tokoh hebat seperti ini, mereka pasti akan dicampakkan oleh pendukung mereka. Lagi pula, para pendukung yang selama ini memberi suntikan dana kepada mereka bisa mencari orang lain lagi untuk dijadikan
artis terkenal.
“Pembina ….”
Melihat Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, kegelisahan menyelimuti hati Soni. Dia mengira Ardika tidak puas dengan penampilan Pasukan Khusus Serigala.
Dia tidak tahu sejak kata pembina keluar dari mulutnya, berbagai ingatan tebersit
dalam benak Ardika.
Setelah tersadar kembali, Ardika berkata dengan puas, “Kemampuan bertempur Pasukan Khusus Serigala cukup baik. Misi besok aku serahkan pada kalian.”
“Terima kasih, Pembina. Besok kami pasti akan melakukan yang terbaik!”
Soni berdiri dengan tegak dan kembali memberi hormat dengan penuh semangat.
Mendengar kemampuan pasukan di bawah bimbingannya diakui oleh sang pembina, mati pun dia rela.
Para prajurit yang tidak pernah mendapat pelatihan khusus dari Ardika seperti Soni, tidak bisa memahami apa yang dirasakannya.
Ketua Pasukan Khusus Serigala di Kota Banyuli, seorang brigadir jenderal termuda yang hanya satu langkah lagi akan menduduki posisi jenderal,
hanya karena kemampuannya diakui oleh Ardika, mata sosok yang kuat dan hebat sepertinya memerah. Dia bahkan terlihat seperti kesulitan untuk mengendalikan
perasaannya.
Kekaguman dan rasa hormat para prajurit pasukan khusus itu terhadap Ardika
3/4
makin dalam.
Sementara itu, Hesti, Adrian dan yang lainnya tampak gelisah. Kali ini, mereka sudah memprovokasi seorang tokoh yang sangat hebat.
Saat ini, Ardika melirik mereka sejenak dan berkata,
“Apa kalian masih menginginkan permintaan maaf dariku?”